Momen yang membuat merenung setiap 1 tahun sekali – Menjadi panitia UTBK Tunanetra

Momen yang membuat merenung setiap 1 tahun sekali – Menjadi panitia UTBK Tunanetra

Sejak tahun 2020 sampai tahun 2025, Alhamdulillah gua selalu dilibatkan dalam tugas menjadi panitia teknis pelaksanaan UTBK di Fasilkom UI, yang mana pasti disediakan 1 hari khusus untuk pelaksanaan ujian UTBK difabel tunanetra, dan biasanya itu di hari ke-2 pelaksanaan UTBK (Karena pelaksanaan UTBK itu panjang, bisa belasan hari kalo di Fasilkom).

Fasilkom UI, khususnya gedung lama, selalu kebagian jadi tempat untuk ujian peserta UTBK tunanetra. Gua sendiri gak tau pertimbangannya kenapa Fasilkom terus yang dipilih, tapi mungkin salah satunya karena fasilitasnya yang inklusif dan cukup ramah difabel, serta tata kelola Lab Komputer nya yang mungkin lebih baik daripada fakultas lain di UI (?) entahlah, gak tau juga sih, yang lebih tau alasannya tentu ya panitia pusat😁.

Dan setiap tahun juga, gua Alhamdulillah selalu ditunjuk untuk bertugas sebagai tim teknis di Lab yang digunakan khusus untuk UTBK Tunanetra, yaitu Lab 1105 Gedung Lama Fasilkom. Hal ini sudah berjalan kurang lebih selama 5 tahun sejak 2020.

Karena pekerjaan gua sebagai Teknisi IT khususnya pengurus Lab Komputer, gua bertanggungjawab untuk mempersiapkan segala kebutuhan teknis terkait pelaksanaan UTBK. Dan khusus untuk UTBK Tunanetra ini, persiapannya agak cukup banyak, bahkan seringkali gua harus ngelembur setiap H-2 atau H-1 pelaksanaan ujian UTBK Tunanetra ini. Persiapannya itu mulai dari software, perangkat audio, dll nya.

Yang pertama mesti disiapin itu, install software NVDA beserta activate license key nya. Wajib pake license key supaya aplikasi NVDA nya bisa install plugin “Damayanti”, yaitu sebuah plugin voice yang mengeluarkan suara berbahasa Indonesia. Kemudian install juga software Mathplayer untuk membaca layar ketika ada soal matematika, tapi ini hampir jarang kepake sih. Dan yang terakhir, pastikan semua PC terpasang headset. Kenapa? Karena mohon maaf, orang tunanetra itu kan tidak bisa melihat, jadi mereka ngerjain soal ujiannya pakai headset. Mereka ngedengerin suara yang keluar dari headset mereka. Nah gimana biar headsetnya keluarin suara terus ngebacain soal-soal yang ada di layar komputer? Ya itu tadi, pakai software NVDA, yang fungsinya buat “ngeconvert” tulisan yang ada di layar menjadi suara yang terdengar di headset. Terus gimana kalo mereka mau ngejawab soal? Misal mau pilih jawaban yang D, atau B? Nah, kalau soal hal itu, biasanya mereka udah terlatih. Jadi mereka udah hafal shortcut-shortcut di keyboard untuk fungsi-fungsi tertentu. Misal, untuk pindah ke soal selanjutnya, tekan tombol Alt+D, untuk kembali ke soal sebelumnya, tekan tombol Alt+A, terus untuk milih jawaban, tekan tombol spasi, dan lain sebagainya. Sebagian besar dari mereka biasanya sudah dapat pelatihan di yayasan mereka, ya walaupun kadang ada juga yang gak ngerti sama sekali cara pake NVDA nya sih. Tapi ya intinya, mereka ngedengerin soal pake headset, terus ngejawab soal pake keyboard dengan menekan tombol-tombol shortcut tertentu.

Itu tadi soal persiapan sebelum ujian, nah sekarang pada saat pelaksanaan. Peserta tunanetra dibantu sama banyak petugas untuk masuk ke ruangan Lab. Dan di dalam Lab, mereka dibantu sama gua dan 1 pengawas untuk ke tempat duduk masing-masing dan mempersiapkan dokumennya. Terus seperti biasa, bacain tata tertib ujian, lalu gua membantu mereka login ke aplikasi ujian di PC mereka masing-masing. Dan khusus gua, karena gua sebagai teknisi, gua ngebantu mereka untuk atur hal-hal teknis seperti nyetting volume suara nya agar pas, bantu mengarahkan tangan mereka ke tombol-tombol keyboard yang harus mereka pencet, dan juga bantu troubleshoot kalau mereka ada salah-salah mencet keyboard yang kadang suka bikin aplikasi ujiannya ke minimized. Pokoknya yang berkaitan dengan problem teknis IT, pasti gua yang bantuin lah.

Nah, terus sekarang kenapa gua tulis judul tulisan ini dengan Momen yang membuat merenung setiap 1 tahun sekali?.

Di momen seperti ini, gua melihat mereka, mereka yang diberikan ujian oleh Allah. Mereka yang memiliki keterbatasan, tidak bisa melihat dunia dengan matanya. Gua ngeliat bagaimana mereka berjalan harus dibantu dengan tongkat sambil meraba-raba jalanan, jujur bikin gua sedih. Selama ngawas, jujur gua seringkali pengen nangis, tapi gua berusaha buat nahan. Sedangkan temen gua yang juga jadi pengawas ujian (dan biasanya cewek), pasti selalu nangis. Bahkan ada yang harus sampai keluar ruangan karena nangisnya agak kejer, saking gak bisa nahan kesedihannya.

Ngeliat bagaimana mereka hidup dengan keterbatasan mereka, membuat gua berfikir, bahwa Allah masih sayang sama gua. Gua masih dikasih kesempurnaan lengkap sama Allah. Allah ngasih gua kesehatan, mata yang bisa melihat dengan normal, telinga yang bisa mendengar, anggota badan yang lengkap, dan segala nikmat lainnya yang gua sendiri gak bisa tuliskan karena saking banyaknya nikmat yang Allah berikan ke kita sebagai hambanya. Tapi gua seringkali masih terus ngeluh. Dikasih ujian dikit, ngeluh, marah-marah, gak sabar.

Dengan ngeliat mereka gua jadi berfikir betapa maha baiknya Allah terhadap hamba-hambanya. Dan itu bikin gua merenung. Di hari-hari lainnya mungkin gua banyak menjalani hari dengan tawa, dengan happy, ketawa-ketiwi. Tapi di 1 hari itu, gua dibuat benar-benar merenungkan semuanya. Maha baik Allah dengan segala kebesarannya. Dan yang bikin gua bersyukur juga adalah, Allah ngasih gua kesempatan buat jadi pengawas UTBK Tunanetra ini setiap setahun sekali, seolah-olah Allah pengen gua ngeliat; “Ini Diq, kamu saya kasih kesempatan untuk merenung, supaya kamu gak jadi hamba yang lalai. Supaya kamu merenungkan kalo kamu sungguh beruntung dibanding orang-orang diluar sana yang Allah kasih ujian.”. Setidaknya biar gua gak terjatuh dalam kefuturan setiap hari. Dan itu bikin gua lagi-lagi bersyukur atas kebaikan yang Allah berikan.

Setiap 1 tahun sekali, setidaknya gua selalu dapat “teguran” agar gua selalu bersyukur, gak ngeluh, dan jadi orang yang lebih bersabar. Suatu renungan ini bikin gua tersadar. Karena banyak diluar sana yang ga seberuntung gua, contohnya ya para peserta UTBK tunanetra ini. Mereka yang kesulitan menjalani hidup dengan keterbatasannya, tapi tetap punya semangat untuk mengejar mimpinya dengan bersekolah di perguruan tinggi. Mereka mungkin buta, tapi hati mereka lebih peka daripada kita yang bisa melihat.

Di akhir tulisan ini, gua cuma mau menyampaikan. Mungkin gua gak akan dapat kesempatan lagi untuk jadi panitia UTBK Tunanetra di Fasilkom UI yang bikin gua merenung setiap tahunnya, dikarenakan gua udah resign dan udah pindah ke tempat kerja yang baru. Tapi nilai-nilai yang gua dapatkan selama 5 tahun itu, gak akan pernah gua lupakan. Akan selalu gua ingat, bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung diluar sana, itu jadi pengingat ketika gua sedang terpuruk, bahwa Allah selama ini udah terlalu baik sama gua, maka janganlah gua terlalu banyak mengeluh. Maha besar Allah dengan segala kebesarannya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *